-->

Minggu, 14 Juni 2015

Tangkai Manis Berkuncup Merah Tua

Tangkai hijau tua dan satu kuncup merah tua manis bertengger di puncak tangkai yang gagah namun rendah hati itu. Yaps aku sengaja langsung memilih motif yang satu itu karena ia menyergap seluruh keraguanku  dan menukarnya dengan pesona keluguannya diantara banyak bunga warna warni yang bermekaran mencolok dan berusaha menarik perhatian seluruh orang yang memandangnya. Tidak bermaksud mengingatkan aku, memenuhi benakku tentang keluguan dan kepolosan seseorang, tangkai berkuncup satu itu tertangkap minatku dan tergelincir di meja kasir. Entah dibagian mana salah si tangkai itu, berbulan bulan ia tak digunakan sebagai mana fungsinya. Hanya terpandangi olehku dan akhirnya masuk lagi ketempat penyimpanannya. Ia mungkin menatap sendu tatkala kulakukan itu berkali-kali, memilih membisu tak menanyaiku atau sekedar mengajakku bercerita berbasa-basi. Bukankah ia diciptakan untuk menamaniku beroleh ilmu dan wawasan baru. Baiklah kawan biarlah kini kujelaskan apa hal yang menggangguku selama berbulan terakhir. Tatkala aku menggenggammu dalam sadar aku tenggelam dalam isak batinku. Sungguh paradoks saat aku dapat dengan mudah menggenggam keluguan, kepolosanmu yang jika dinikmati memiliki keindahan yang tak bertara. Aku tak bisa meraih sesuatu yang keindahannya selalu saja terilustrasikan olehmu. Jalan yang kulalui, usaha yang ku daki, meniti diatas bersimpahnya duri, tak semudah saat aku memilikimu, tidak dengan menggelincirkan koin senilai limaribuan. Maafkanlah aku sobat kecil, maafkan jika kau selalu menjadi ilustrasi sesuatu yang manfaat dan kegunaannyanya pun tak sepeser lebihnya dari mu. Tetaplah digenggamku..

Kamis, 19 Februari 2015

Kuinginkan Sebebas Alam *part 1

ini karangan cerpen pertama setelah berbulan bulan vakum kawan, niatnya sih pingin diterusin ke novel, tapi entahlah, baru dapet segini jugak. Selamat membaca =)

 “Sudahlah, jangan mengikuti aku lagi!” bentak gadis berambut sebahu itu. Pria yang sejak tadi berjalan menguntit dibelakangnya berdiri mematung, dengan tatapan tak acuh. “Siapa pula yang ingin mendekatimu, aku hanya kebetulan berjalan dengan arah yang sama denganmu.” Gadis itu mendengus kesal “Bohong! Terserah padamu sajalah.” lalu ia berlari kecil ke arah kamar mandi terdekat. Sungguh sebenarnya dia ingin mengatakan sesuatu yang lebih baik kepada pria itu, tetapi mengapa ia selalu berkata kasar padanya. Gadis itu bernama Lesta, dia pernah memiliki perasaan khusus pada pria yang bernama  Plito itu. Dia selalu berharap dan merangkai mimpi-mimpi untuknya bisa menggaet sang Plito yang cuek dan angkuh itu, namun dia  sadar bahwa itu benar-benar sia-sia belaka.
Hari demi hari dilalui Lesta dengan segala macam tugas dan presentasi yang menumpuk sebagai seorang siswa SMK yang benar-benar sibuk. Dia sedang menyusun prinsip baru untuk hidupnya, yaitu untuk mengejar prestasi di sekolahnya, selagi teman teman disekitarnya sedang bermalas-malasan dan mengeluh tentang banyaknya tugas, deadline  dan ulangan yang tidak ada habisnya.
Lesta menghabiskan waktu dan pikirannya untuk fokus belajar. Dia berniat untuk melupakan kehadiran Plito di setiap lamunannya, maka dari itu, sambil menyelam minum air fikirnya. Dia berharap agar hati dan egonya bisa melepaskan Plito seutuhnya.
*ddrrrrt* Lesta membuka ponselnya, dari Plito “hujan ga bernti2 yah.” Sedetik setelah membaca, Lesta langsung mengetikkan “Ya, knp”. Lalu ia melanjutkan belajarnya, meskipun setengah hati berharap ponselnya bergetar lagi.

~~~🐰~~~

Pagi itu minggu ke dua Test semester di sekolah, sesampainya di samping perpustakaan Lesta membuka ponselnya, bersiap untuk berselancar di dunia maya, tanpa memperdulikan teman-temannya yang melihatnya kesal karena sepagi ini bukannya bersiap untuk Test hari ini malah bersiap dengan ponselnya. “Tenang saja, jam masuk masih lama, setelah ini aku akan belajar” ujarnya pada Boru. Boru hanya mengedikkan bahu dan memalingkan muka ke buku penjaskes yang sedari tadi dibaca. “Astaga!” pekik Lesta. Boru melirik padanya dengan tatapan membunuh, namun Lesta hanya meringis tak berdosa. “Ya Tuhan bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini tanggal 4!”. Boru meletakkan buku penjaskesnya. “Memangnya kenapa? Ada apa dengan tanggal 4?”. “Ini kan ulang tahunnya Plito, yaah bagaimana dong, bahkan sudah tidak mungkin jadi yang pertama memberi ucapan” sahutnya sedih dan lemas. Sesaat Boru hanya geleng-geleng kepala, lalu memberi saran “Ya sudah jadilah yang terakhir sajalah, bukankah yang terakhir itu justru jadi segalanya?”. Aah benar juga, pikirnya. Boru keliatan agak risih karena hari ini Lesta, gadis yang biasanya pendiam itu berubah menjadi sosok gadis tengil nan gila tersenyum-senyum sepanjang hari.
Akhirnya, karena tidak sabar menunggu malam hari, Lesta memutuskan untuk memberi ucapan pada Plito “Umurmu berkurang setahun”. Lalu Plito hanya memberikan emoticon nyengir. Bahkan hanya emoticon nyengir yang didapatnya, Lesta sangat bergembira hati sepanjang hari itu.


Nantikan kisah Lesta selanjutnya yaaa. Author masih abal abal ini, minta kritik saran dong, tulis di kolom komentar yaaa...