-->

Senin, 16 Oktober 2017

Bagaimana Caranya Melupakan?

Bagaimana cara melupakanmu? Haruskah aku mengikhlaskanmu terlebih dahulu? Lantas, bisa kah kau menjelaskan bagaimana caraku agar bisa mengikhlaskan mu, dengan kepergianmu yang begitu saja? Aku tidak sepasrah itu sampai sampai tidak menanyakan apa masalah nya, apa sebenarnya salahku, se menjijikkan apa aku yang sudah membuatmu khilaf lalu sadar kembali? Namun, kali ini aku ingin menyimpannya untuk diriku sendiri, dan hanya bercerita kepada orang-orang yang memungkinkan memberiku solusi terbaik. Bukan sekedar pembela emosi dan hatiku yang lemah, tapi yang mengatakan padaku apa yang sebenarnya salah kuperbuat. Ya, aku membutuhkan teman teman shalihah ku saat ini.
Perasaanku ini, apakah memang disebut cinta? aku tak tahu pasti. Apa aku bisa merelakanmu dengan hati lega saat ini? entahlah, aku masih mencoba membuat keadaan biasa saja. Aku tak ingin memaksakan perasaan yang lega saat dada ini memang benar benar bergemuruh. Tak apa orang lain menganggapku labil, cengeng, bahkan jika perlakuan mereka akan berbeda padaku, tak apa. Aku berusaha tidak membohongi diriku sendiri.
Baru beberapa saataku terpaku dengan kelemahanku, aku merasakan kelelahan yang teramat. Aku ingin segera pergi dari diriku yang seperti ini, lemah, payah. Bukankah Allah lebih menyayangi hamba-Nya yang kuat dan berusaha untuk menjadi kuat. Aku lelah mendzolomi diriku sendiri dengan segala kecengengan dan kelabilan diriku sendiri. jika berlarut-larut, aku sadar cepat atau lambat aku akan jatuh sakit. Sadar atau tidak sadar aku menyiksa diriku dengan menutupi lukaku, lupa untuk tidak mengobatinya. Meski aku mengalihkan ragaku untuk kesibukan yang sangat banyak, atau hanya tidur-tiduran sekedar melupakan ingatan yang akan menguakkan luka itu kembali.
Kenapa bisa ada luka?
Kurasa aku yang membuatnya sendiri. Bukan kamu yang membuatku seperti ini, mungkin aku yang terlalu tinggi berekspektasi tinggi. Tapi apakah ini mutlak kesalahanku? Bukankah kamu juga berpartisipasi dalam kesalahan ini? Mereka juga ada ikut andil dalam kesalahan ini. Tapi semua tak berguna lagi. Tak perlu aku mencari orang lain untuk dikambinghitamkan, karena pada akhirnya tetap saja mutlak kesalahan tertuju padaku. Sekejam itu ya cinta yang aku alami? Bagaimana bisa kita berdua sama sama menunjukkan rasa sayang dan suka masing masing, tapi saat kamu sadar bahwa perasaan ini bukanlah sesuatu yang patut diperjuangkan untuk saat ini, lantas kau sempurna menyalahkanku? Sebodoh itukah diriku dimatamu? Yak memang ini kesalahanku yang berani berani nya menurunkan sedikit harga diriku didepanmu. Sebuah sedikit yang menjatuhkanku pada kesalahan mutlak.
Apapun ittu, terimakasih sudah berani mengkritikku. Terimakasih sudah berani menamparku pada kenyataan yang benar dan sebenar-benarnya harus kujalani. Untuk tidak membiarkanku jatuh bersamamu di dunia khayalan yang belum boleh kita selami. Terimakasih. Terimakasih
Selamat malam :)