-->

Rabu, 22 Februari 2017

Hujan lalu Jaketmu

Saat itu, kamu pernah bilang jika mana mungkin sudah jalan kemanapun bersama maka tidak dianggap. Saat itu, kau memberiku jaket agar lepas dari kedinginan. Kala hujan deras itu kau lari dengan aku memimpin jalan menikmati hujan tanpa payung, kala itu kau justru melepas jaketmu dan kau sembunyikan. Aku tau dengan pasti kau mudah kedinginan. Baju dan jaketku sudah kuyup. Akhirnya hanya berbalut kaos oblong pendek kau berjalan dibawah tumpahan air dari langit bersamaku. Ternyata kau lakukan itu demi menyimpan satu jaket yang masih dapat menghangatkan diriku. Bahkan kau berbohong di bawah ac dan kebocoran air di trans kota. Sungguh tak tau malu nya diriku ini, masih saja merindukan berada disampingmu. Terbalut jaket keringmu. Bersandar di bahumu. Ahh
Bukankah seharusnya tak kulakukan itu. Semua salahku mengajakmu menerabas hujan, lalu dengan tidak tanggung jawabnya membuang buang waktumu sia sia, membiarkanmu berbohong tidak menggigil kedinginan. Ahh sungguh sebenarnya apa yang ada dipikitanku saat itu. Mencari alat yang diminta oleh teman lama, hingga merepotkan orang lain seperti itu. Bukankah berjalan sendirian lebih nyaman? Tidak akan merepotkan orang

Senin, 20 Februari 2017

Apalagi yang kau risaukan hamba?

Harusnya kau bisa banyak bersyukur. Ya, tentu saja. Masihkah ada alasan untukmu mengeluh? Sedangkan nikmat Allah sebegitu luas, dan kemalangan hanya menghantammu sebesar batu kerikil
Malam ini, setelah rentetan sesi curhat, banyak sekali kudapati masukan masukan dan saran dari sahabat sahabat terbaikku untuk kedepannya akan ku implementasikan ke perilaku dan sikap.

Lagi pula, apa sih yang kamu risaukan. Dia? Yakinkah dia? Memangnya dia juga merisaukanmu? I don't think so. Kurasa dia malah baik baik saja tanpaku. Ada atau tidaknya diriku disisinya bukan lagi masalah yang perlu diperdebatkan, apalagi menuntut untuk dipertahankan.

Let it flow. Buatlah semuanya mengalir, sama seperti saat pertama kau mengenalnya, Nggi. Dulu sebelum tumbuh sesuatu di hati mu itu tidak ada apa apa kan? Lalu mengapa semua aliran menuju semi semi perasaan yang tumbuh di relung hati mu? Kurasa karna kau selalu lupa untuk memangkasnya. Kau membiarkan saja itu tumbuh. Bahkah kau justru memupuknya, Itu dia ltak kesalahan mu, Nggi. Ckckck, sekarang setelah kau sadari, ayolah bergegas. Tidakkah kau sadar satu semester ini kau hanya jalan ditempat, disitu situ saja. Ayo tengok kanan kiri mu. Kau yang belum apa apa ini sudah tertinggal jauh di belakang. Bukankah dulu kau rela menghabiskan banyak waktu, banyak tenaga untuk memerjuangkan kuliah di eksakta? Lalu kau hendak menyia-nyia kan waktumu.

Padahal waktu yang kau buang terlalu banyak ini juga memakan biaya, memakan usia. Mau kemana engkau lari saat di hisab nanti? Kau kemana--kan masa muda mu? Menuntut ilmu kah? Berleha-leha saja kah? Lalu apa kau lupakan jerih payah kedua orang tua mu, menjadi jalan rejeki mu di dunia. Apa kau tak ingin hidup berbahagia bersama mereka di Jannah nanti? Tak inginkah buat hati mereka senang, bangga memiliki kamu? MashaaAllah kemana saja kamu selama ini?