-->

Jumat, 24 Mei 2019

Biografi Al-Khawarizmi Sang Matematikawan Penemu ALJABAR dan ANGKA NOL

           Beliau dikenal sebagai penemu aljabar dan nol. Nama asli dari al khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa Al khawarizmi. Beliau dilahirkan di Bukhara,  hidup di Khawarizm, Usbekistan pada tahun 194 H / 780 M dan meninngal tahun 266 H / 850 M di Baghdad. Al Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa.
          Beberapa cabang ilmu dalam matematika yang diperkenalkan oleh Al Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika, dan lain sebagainya. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal – usul  geometri dan rujukan utamanya ialah kitab Al Ustugusat ( The Elements ) hasil karya Euklid : Geometri dari segi bahasa berasal dari pada perkataan Yunani yaitu “ geo “ yang berarti bumi dan “ metri “ yang berarti pengukuran. Dari segi ilmu , geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubungan magnitud dan sifat – sifat ruang.
Karya-karya Al-Khawarizmi :
  • Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
  • Sebuah karangan al-Khawarizmi yang bernama Trattari d'Arithmetica. Buku ini telah disalin dalam bahasa Latin. Buku ini membahas beberapa soal hitungan, asal-usul angka dan sejarah angka-angka yang sampai sekarang ini kita gunakan. Trattari d'Arithmetica diterbitkan pada tahun 1857 di Roma.
  • Al-Khawarizmi menganalisa dan mengoreksi kesalahan yang terdapat dalam sebuah tulisan mengenai aljabaar karya Diophantus dari Yunani (250 SM). Ia menjelaskan kembali teori ciptaan Diophantus, sebelum kemudian mengembangkannya. Selain itu, ia juga menambahkan beberapa rumus lain, seperti rumus segitiga, dan menyusun daftar Logaritma.
  • Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang sebagian besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi. Ini adalah ilmu aljabar, yang sebelum ditemukan ini dunia belum mengenal istilah aljabar.
  • Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri, teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
  • Ia membuat sebuah tabel yang khusus mengelompokkan ilmu perbintangan ini. Pada awal abad XII, sejumlah karya al-Khawarizmi diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Adelard of Bal dan Gerard of Cremona. Selanjutnya, karya al-Khawarizmi versi bahasa Latin tersebut diterjemahkan lagi dalam sejumlah bahasa yang digunakan di Eropa. Terakhir, karya tersebut diterjemahkan dalam bahasa Cina. Beberapa universitas di Eropa menggunakan buku karya al-Khawarizmi sebagai bahan acuan dan buku teks pelajaran untuk para mahasiswanya hingga memasuki pertengahan abad XVI.
Betapa banyaknya karya yang dilahirkan oleh al-Khawarizmi ini dibidang matematika dan ilmu-ilmu lainnya seperti astronomi. Disebabkan pemikiran-pemikirannya yang dituangkan sebagai karya, menjadikan dunia ini lebih terang benderang akan ilmu-ilmu matematika dan turunannya.

sumber : https://www.academia.edu/31480074/Biografi_Al_Khawarizmi

Kamis, 24 Mei 2018

Di Hadapan Bianglala

Aku menyukaimu, kata orang-orang. Apakah benar kalimat itu?
Entahlah. Bahkan aku sering sekali tidak memahami diriku. Apa arti dari sikapku yang begini begitu. Banyak yang tidak ku mengerti dari diriku sendiri
Malam itu, kita berdiri di hadapan bianglala. Menunggu saat kita menaiki nya.
Kau berkata tidak mau naik
Aku ngotot membujukmu untuk ikut menemaniku naik
Bahkan aku tidak tau apa esensi dari aku menaiki itu, dengan kau temani
Setelah tiket di tangan, kuselipkan satu tiket itu ke sela jari mu
Kau menatapku dengan tatapan sebal, tapi aku sudah kebal. Toh, aku memang sedang ingin dituruti saja kala itu
Saat akan naik, ternyata temanmu laki laki tidak mendapat pasangan naik, lalu aku disuruh bersama nya, dan kamu pergi naik bertiga dengan teman lelaki mu yang lainnya
Terang saja aku tidak mau. Aku ingin menaikinya dengan ngobrol bersamamu
Aku bahkan tidak paham betul apa yang aku pikirkan saat itu
Yang ku tau pasti aku sedang ingin mengobrol denganmu
Setelah sekian lama tidak bercakap, tentu banyak sekali yang ingin aku ceritakan
Karena, yaa, jujur saja setelah kamu pergi, aku kehilangan tempat bersandar paling nyaman
Akhirnya tiba giliran kita naik
setelah didalam berdua, kita diam saja
Ya. Diam saja
Hanya berkata sesekali
Antara senang bisa menikmati waktu berdua seperti adegan adegan dalam novel
Dan perasaan aneh sekaligus canggung, karena aku tau betul, kamu tidak suka situasi seperti ini
Mengasingkan diri berdua, ditengah teman teman yang ramai
Bahkan, sebetulnya ada perempuan juga yang mendekatiku untuk mengobrol
Tetapi kamu pun diam saja dengan tingkahku malam itu
Diam saja
Membiarkanku
Mungkin dia juga tau perasaan seperti apa yang kualami
Mungkin dia juga paham sikap seperti inilah yang selalu kutunjukkan didepannya
Seperti anak kecil
Yang mau nya hanya dituruti
Dibiarkan saja
Tetap diladeni ngobrol

Sudahlah, aku takut rindu
Rindu pada masa itu
Aku takut dengan perasaan itu, takut ia muncul lagi dan tak bisa kukendalikan

Sampai jumpa di postingan selanjutnya ;)

Dikabulkannya Sebuah Do'a

Assalamu'alaikum readers
Apakah kalian pernah berdo'a dengan begitu sungguh-sungguh dengan keyakinan hampir penuh bahwa do'a mu akan di kabulkan?
dan tak lama setelah itu, doamu selangkah demi selangkah terkabul

Beberapa hari terakhir, saya mengharapkan hilangnya perasaan di dalam dada namun tidak ingin merusak tali persahabatan dengan sahabat lama saya, yang agak lama sedikit renggang dikarenakan sebuah perasaan dan tanggung jawab lain yang menuntut kita tak boleh bersama

Saya merasa malam ini doa saya sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah terkabulkan. Sapa kita semakin akrab, meski tak seakrab seperti dahulu, tapi ini sudah baik dalam bentuk suatu silaturrahmi antar teman, menemani makan tengah malam misalkan. Dan dalam dada ku tidak ada perasaan apapun lagi. Yaah meskipun saya tidak yakin ini bisa terus bertahan hilangnya perasaan ini.

Tapi guys, sepertinya doa tidak hanya untuk dikabulkan oleh sang Pencipta. Namun juga sebagai mindset kita, bahwa apa yang kita ucapkan dalam doa maka seharusnya itu yang terjadi, itu yang kita tuju. Asal kita yakin betul dengan doa yang kita ucapkan.

Sekian dulu yaa ceritanya dini hari ini :)
Wassalamu'alaykum warrahmatullah wabarakatuh

Jumat, 12 Januari 2018

Ego

Seperti ego, kuku ku bahaya jika bertumbuh panjang
Aku harus segera memotongnya
Sebelum bibir semakin pecah-pecah
Karna jari yang usil
Sebelum bibir berkata sumbang
Karna ego mencipta emosi tidak diinginkan
Sebelum kaki tangan lecet karena kuku mengukirnya terlalu dalam
Sebelum hati orang robek karena kata yang meluncur seenaknya

Jumat, 29 Desember 2017

Terimakasih

Tengoklah
Begitu sederhana ucapanmu
Untuk aku tidak menjadi begini dan begitu
Aku melakukannya dengan patuh
Tanpa kolot yang biasa kupertahankan
Tentang sifat dan watakku
Begitu ajaibnya hingga aku selalu
Mengiyakan apapun teguranmu
Sebenarnya sudah lama aku ingin ditegur
Dengan tegas namun lembut
Secara tidak sadar dan menyindir halus
Mungkin karena selama ini yang menegurku
Tidak mengerti aku
Apalagi mau kugugu
YaAllah
Terimakasih telah menghadirkanmu
Kedalam hari ku
Untuk tugas menegurku
Meski aku tak tahu
Apakah ia penegurku hingga tua nanti
Saban hari bersabar dan mahu mengingatkanku
Pembimbingku lewat tegurannya itu
Agar aku mampu berjalan menuju pintu Jannah-Mu

Allah memang Maha Baik
Mampu menciptakan hati insannya sebaik itu
Lantas, bukankah Penciptanya jauuuh lebih baik dari itu?

Minggu, 10 Desember 2017

Kamu

Kamu itu bagaikan air yang kutemui di pantai
Ada pesona yang menenangkan kala melihatmu
Ada kebahagiaan saat berjumpa denganmu
Bahkan kenyamanan untuk menyentuh air itu

Air tak selalu tenang
Ia datang dihantar ombak ke arahku
Tapi ia tidak akan pernah sampai ke kaki kaki ku
Jika aku tidak lebih mendekat ke arahnya
Aku yang harus datang menjumpaimu dahulu
Hingga batas ketercapaian ombakmu menyentuhku
Kita bahagia sekali
Bermain-main
Berkejar-kejaran

Air;sehebat apa kamu datang
Kamu selalu kembali ke muasalmu
Setelah ombak yang merendamku
Ia akan surut lagi kelaut
Hingga aku selalu menjaga diri
agar tidak ikut terseret ke laut
dan tenggelam bersama surutmu

Kedatanganmu tak selalu hebat
Terkadang halus dan perlahan
Jika ombak yang hebat kembali juga cepat
Aku berharap kau datang perlahan, halus dan menenangkan
Karena kupikir kau akan surut dengan hati-hati
Kenyataannya kembalimu konstan
Tak peduli sebesar apa ombak yang membawamu menyentuhku
Kamu, bagaikan air yang kutemui di pantai
Jikalau sudah waktunya
Aku akan meninggalkanmu
Tenang saja. Aku tak selamanya pergi
Kita masih mampu berjumpa
Lewat gerimis-gerimis kecil
Dengan begitu
Kau akan lebih mudah mendatangiku, bukan?

Senin, 16 Oktober 2017

Bagaimana Caranya Melupakan?

Bagaimana cara melupakanmu? Haruskah aku mengikhlaskanmu terlebih dahulu? Lantas, bisa kah kau menjelaskan bagaimana caraku agar bisa mengikhlaskan mu, dengan kepergianmu yang begitu saja? Aku tidak sepasrah itu sampai sampai tidak menanyakan apa masalah nya, apa sebenarnya salahku, se menjijikkan apa aku yang sudah membuatmu khilaf lalu sadar kembali? Namun, kali ini aku ingin menyimpannya untuk diriku sendiri, dan hanya bercerita kepada orang-orang yang memungkinkan memberiku solusi terbaik. Bukan sekedar pembela emosi dan hatiku yang lemah, tapi yang mengatakan padaku apa yang sebenarnya salah kuperbuat. Ya, aku membutuhkan teman teman shalihah ku saat ini.
Perasaanku ini, apakah memang disebut cinta? aku tak tahu pasti. Apa aku bisa merelakanmu dengan hati lega saat ini? entahlah, aku masih mencoba membuat keadaan biasa saja. Aku tak ingin memaksakan perasaan yang lega saat dada ini memang benar benar bergemuruh. Tak apa orang lain menganggapku labil, cengeng, bahkan jika perlakuan mereka akan berbeda padaku, tak apa. Aku berusaha tidak membohongi diriku sendiri.
Baru beberapa saataku terpaku dengan kelemahanku, aku merasakan kelelahan yang teramat. Aku ingin segera pergi dari diriku yang seperti ini, lemah, payah. Bukankah Allah lebih menyayangi hamba-Nya yang kuat dan berusaha untuk menjadi kuat. Aku lelah mendzolomi diriku sendiri dengan segala kecengengan dan kelabilan diriku sendiri. jika berlarut-larut, aku sadar cepat atau lambat aku akan jatuh sakit. Sadar atau tidak sadar aku menyiksa diriku dengan menutupi lukaku, lupa untuk tidak mengobatinya. Meski aku mengalihkan ragaku untuk kesibukan yang sangat banyak, atau hanya tidur-tiduran sekedar melupakan ingatan yang akan menguakkan luka itu kembali.
Kenapa bisa ada luka?
Kurasa aku yang membuatnya sendiri. Bukan kamu yang membuatku seperti ini, mungkin aku yang terlalu tinggi berekspektasi tinggi. Tapi apakah ini mutlak kesalahanku? Bukankah kamu juga berpartisipasi dalam kesalahan ini? Mereka juga ada ikut andil dalam kesalahan ini. Tapi semua tak berguna lagi. Tak perlu aku mencari orang lain untuk dikambinghitamkan, karena pada akhirnya tetap saja mutlak kesalahan tertuju padaku. Sekejam itu ya cinta yang aku alami? Bagaimana bisa kita berdua sama sama menunjukkan rasa sayang dan suka masing masing, tapi saat kamu sadar bahwa perasaan ini bukanlah sesuatu yang patut diperjuangkan untuk saat ini, lantas kau sempurna menyalahkanku? Sebodoh itukah diriku dimatamu? Yak memang ini kesalahanku yang berani berani nya menurunkan sedikit harga diriku didepanmu. Sebuah sedikit yang menjatuhkanku pada kesalahan mutlak.
Apapun ittu, terimakasih sudah berani mengkritikku. Terimakasih sudah berani menamparku pada kenyataan yang benar dan sebenar-benarnya harus kujalani. Untuk tidak membiarkanku jatuh bersamamu di dunia khayalan yang belum boleh kita selami. Terimakasih. Terimakasih
Selamat malam :)